12.8.10

Pedoman di Saat Derita

Salam Palestina..

Beberapa minggu berlalu tanpa dirasai. Penterjemahan perspektif saya melalui medan ini agak lama terhenti.  Harusnya komitmen itu  tidak terlalu bergantung pada suasana. Hakikat penyeruan kepada ubudiah mesti seiring dengan keperluan ummah, hatta hanya melalui satu ayat. Namun melihat kepada situasi dan kondisi penggerak kepada ummah mutakhir ini  yang terkadang cepat lemah apabila menderita, mungkin ada sesuatu yang saya harus nukilkan.

Kita harus yakin dan pasti,seorang ahli gerakan dan kader dakwah yang memperakui imannya kepada Allah harus mempunyai pedoman dan 'stand' kukuh dalam perjuangannya,jiwanya harus teguh  terutama ketika ia sedang menderita sakit, supaya hidupnya tidak terus hanyut dibawa arus dan tidak kehilangan arah tuju ketika dilitupi mendung yang gelap-gelita. Penderitaan yang dilaluinya seharusnya tidak memberi asbab untuk berundur meninggalkan dan menangguhkan gerak kerja, malahan ia harus bertindak balas memberi kekuatan untuk terus berkomitmen. Kehilangan  rakan-rakan, ahli keluarga, harta benda dan seumpamanya tidak seharusnya menjadi penyebab tergadainya prinsip yang mahal dengan begitu mudah.


Menemui kata-kata hikmat yang dimadahkan oleh Ibn Ata’illah al-Sakandari dalam kitabnya al-Hikam,mari berusaha untuk memahami petikan ayat ini,

::APABILA ORANG TIDAK MENGENDAHKAN ANDA, ATAU MEREKA MENCELA ANDA, SEHINGGA MENIMBULKAN KESUSAHAN TERHADAP ANDA, MAKA SERAHKANLAH URUSAN ANDA KEPADA ILMU ALLAH.

JIKA ILMU TUHAN BELUM CUKUP KEPADA ANDA, BERERTI MUSIBAH ATAU MALAPETAKA YANG MENIMPA ANDA DISEBABKAN OLEH ANDA  TIDAK MERASA CUKUP DENGAN ILMU ALLAH , MAKA ITU LEBIH BERAT DARI MUSIBAH YANG MENIMPA ANDA YANG DISEBABKAN OLEH GANGGUAN DARI MEREKA::

Kata-kata hikmat ini memberi beberapa pengertian, untuk dihayati insan yang sering ditimpa bala dan kesusahan dalam hidup ini.

Pengertian pertama:

Kita sebagai insan hendaklah memahami sunnatullah pada makhluk, iaitu kadang-kadang Allah SWT mencuba kita melalui makhluk-Nya, mengenakan sesuatu kepada kita, menyakitkan hati kita, tujuannya ialah untuk melihat, apakah kita akan merasa cukup dengan Allah atau masih bergantung kepada makhluk-Nya yang lain, dengan itu Allah memerintahkan manusia mengganggu kita, menyusahkan hidup kita, maka susahlah hidup kita, sakit dan dukacitalah kita kerananya. Apabila terjadi demikian, cepat-cepatlah kita kembali kepada-Nya, ertinya kita harus tahu bahawa apa yang berlaku tidak tersembunyi daripada pengetahuan Allah, Dia sedang melihat kita dalam kesakitan, Dia menyaksikan gerak-geri kita dalam kesakitan, Dia menyaksikan gerak-geri kita ketika kita diuji. Tiada apa pun sebab sebab yang terjadi, tidak diketahui atau tersembunyi dari ilmu-Nya.

Jadi apabila kita merasa dan menyedari hakikat itu, hati kita merasa tenang dan tenteram, maka tidak menjadi salah bagi kita, sama ada manusia mencela kita, mengenakan berbagai-bagai tindakan terhadap kita, tidak memperhatikan kedudukan kita dan sebagainya, atau manusia memuji-muji kita, mengangkatkan kita, menghormati kita dan sebagainya, kita tetap merasai bahagia berada dalam pengetahuan Allah yang TIDAK PERNAH hilang darpada perhatian-Nya. Bahkan kadang-kadang kita lebih suka apabila manusia membelakangi kita dan tidak memperhatikan kita kerana dengan demikian itu hati dan batin kita merasa lega, sebab kita sudah terarah semata-mata kepada Allah tanpa ada sebarang gangguan lagi.

Pengertian Kedua:

Jika kita tidak merasa lega dengan keadaan kita ditinggal orang, masih memperhatikan sikap orang terhadap kita atau dengan kata lain kita akan senang bila mendapatkan pujian dan sanjungan, merasa susah dan duka bila tidak dipuji, bahkan menimbulkan berbagai-bagai keluh kesah dan merana, ini bererti kita telah mendapat musibah atau ditimpa bahaya. Oleh kerana iman kita pada hakikatnya lemah dan keyakinan kita kepada Allah telah mulai luntur atau hilang sama sekali, inilah bahaya atau malapetaka yang menimpa kita yang mana ia lebih kuat dan lebih dahsyat daripada bahaya atau malapetaka yang disebabkan manusia merendahkan kita, atau tidak memperhatikan kedudukan kita dan sebagainya.

Pengertian Ketiga:

Adapun hamba-hamba Allah yang soleh, ujian-ujian seperti sakit dan hidup susah adalah RAHMAT bagi mereka. Kita juga harus menganggap rahmat jika tergolong dalam kelompok mereka, apabila kita mendapat ujian dan cubaan itu hendaklah lihat hubungan kita dengan Allah, apakah hubungan kita masih intim atau longgar. Apabila hubungan kita dengan Allah tetap baik dan erat, bahkan murni dan intim, tidaklah menjadi persoalan buat kita semuanya, meskipun bumi ini hancur berkecai atau langit ini runtuh, kita tetap dalam perhatian Allah, diselamat dan dipelihara oleh-Nya.


Ruang muhasabah senantiasa terbuka kepada kita, ia bukannya bergantung pada sesuatu slot khusus dan bersifat program semata-mata.Ayuh,nikmat menghidupkan Ramadhan seharusnya tidak dilepaskan pergi.. 

Wallahua'alam.


1 ingatan dari teman:

Anonymous said...

syukran ustaz

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...